Debt to Equity Ratio Adalah: Pengertian dan Rumus Perhitungan

Debt to equity ratio adalah pengukuran untuk mengetahui kondisi keuangan bisnis. Simak artikel tentang Debt to Equity Ratio berikut ini.

Apabila anda ingin mulai berinvestasi di pasar saham, atau ingin mengembangkan usaha, terdapat berbagai rumus serta definisi yang harus anda pahami untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satunya adalah dengan memahami apa itu debt to equity ratio atau D/E ratio. Karena D/E ratio ini sangat membantu dalam memahami kesehatan keuangan suatu bisnis.

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengertian, rumus D/E ratio, hingga contoh perhitungannya.

Jadi, baca ulasan artikel ini sampai selesai untuk memahami pentingnya D/E ratio.

Baca juga: SPPKP Adalah: Pengertian, Fungsi, Hingga Cara Memperolehnya

Pengertian Debt to Equity Ratio Adalah?

debt to equity ratio
Sumber: google.com

D/E atau Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang menunjukkan proporsi relatif dari ekuitas dan utang pemegang saham yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan.

Jadi, D/E ratio adalah sebuah rasio keuangan dengan membandingkan antara jumlah hutang dan ekuitas. Penggunaan ekuitas dan jumlah hutang piutang untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah yang proporsional.

D/E ratio juga berguna untuk mengevaluasi leverage keuangan, dengan cara membagi total kewajiban perusahaan dengan ekuitas pemegang saham.

Rasio hutang terhadap modal adalah metrik penting dalam keuangan perusahaan, karena merupakan ukuran sejauh mana perusahaan membiayai operasinya dengan hutang daripada sumber dayanya sendiri.

Rumus Debt to Equity Ratio

rumus debt to equity ratio
Sumber: google.com

Untuk dapat mengetahui cara menghitung rasio hutang terhadap modal, tentu anda perlu mengetahui rumusnya terlebih dahulu.

Adapun rumus debt to equity ratio adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang : Ekuitas

Dengan ketentuan berikut ini:

  1. Utang atau liabilitas adalah kewajiban yang harus perusahaan bayarkan secara tunai dalam jangka waktu tertentu. Menurut jangka waktu pelunasan, utang terbagi menjadi kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan kewajiban lain-lain.
  2. Ekuitas adalah hak milik perusahaan atas aset atau aktiva yang merupakan kekayaan bersih. Akun yang termasuk dalam ekuitas meliputi setoran pemilik perusahaan serta sisa laba ditahan (retained earnings).

Cara Menghitung Debt to Equity Ratio

rasi hutang pada ekuitas
Sumber: pexels.com

Setelah mengetahui rumus D/E ratio tentu anda sudah paham bagaimana cara menghitungnya. Jadi, cara menghitung rasio utang terhadap modal adalah dengan membagi total utang dengan ekuitas.

Komponen utang terbagi menjadi kewajiban lancar, jangka panjang, dan lain-lain. Biasanya hutang lancar atau kewajiban lancar berkaitan dengan operasional perusahaan yang sifatnya jangka pendek.

Contohnya, utang terhadap supplier, kewajiban membayar gaji karyawan, atau utang pembelian untuk kebutuhan produksi. 

Sedangkan kewajiban jangka panjang, biasanya memiliki nominal yang besar dan berbunga seperti pinjaman bank. Jenis kewajiban ini merupakan utang yang sebaiknya perusahaan hindari.

Karena semakin besar kewajiban panjang daripada kewajiban lancar menandakan keuangan perusahaan tidak sehat dan berpotensi mengalami gangguan likuiditas. 

Sementara, jika kewajiban lancar lebih besar dari kewajiban panjang merupakan hal yang wajar.

Ketentuan Debt to Equity Ratio di Indonesia

rasio hutang terhadap ekuitas
Sumber: pexels.com

Menteri Keuangan memiliki peraturan terkait rasio utang terhadap modal di suatu perusahaan untuk keperluan menghitung pajak penghasilan. 

Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 169/PMK.010/2015 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk Keperluan Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh). 

Adapun beberapa peraturan penting tersebut mencakup:

  1. Ketentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal hanya berlaku untuk Wajib Pajak Badan yang berdiri dan bertempat di Indonesia dengan modal terbagi atas saham-saham.
  2. Perhitungan utang dan modal berasal dari saldo rata-rata satu tahun pajak, atau bagian tahun pajak yang bersangkutan.
  3. Besar perbandingan paling tinggi antara utang dan modal yaitu 4:1.
  4. Terdapat pengecualian D/E ratio terhadap beberapa kelompok Wajib Pajak, yaitu: Bank, Lembaga Pembiayaan, Asuransi dan Reasuransi, Pertambangan, dan yang seluruh penghasilan terkena Pajak.
  5. Jika DER lebih dari 4:1, maka perhitungan biaya pinjaman dapat melalui besaran biaya pinjaman sesuai dengan rasio 4:1.
  6. Biaya pinjaman mencakup bunga pinjaman, diskonto dan premium serta biaya tambahannya, beban keuangan dalam sewa pembiayaan, imbalan dari jaminan pengembalian utang dan selisih kurs atas pinjaman mata uang asing.
  7. Jika saldo ekuitas wajib pajak nol atau kurang dari nol, maka tidak dapat menghitung seluruh biaya pinjaman dalam perhitungan penghasilan kena pajak.
  8. Ketentuan ini berlaku sejak tahun pajak 2016.
  9. Ketentuan terkait pelaksanaan lebih lanjut akan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Baca juga: Penting! Brand Equity Adalah: Pengertian, Manfaat, dan Contohnya

Contoh Perhitungan D/E Ratio

contoh debt to equity ratio
Sumber: google.com

Agar lebih memahami mengenai D/E ratio adalah dengan melihat contoh cara menghitungnya. Gambar diatas merupakan data Konsolidasi Neraca Keuangan dari Apple Inc. pada tahun 2017.

Dapat kita ketahui bahwa total liabilitas atau kewajiban dari perusahaan ini dengan pembulatan adalah $241.000. Kemudian total ekuitas pemegang saham dengan pembulatan yaitu $134.000.

Dengan rumus D/E ratio, maka cara menghitungnya adalah:

DER = $241.000 : $134.000

DER = 1,80

Hasil tersebut berarti bahwa Apple memiliki utang sebesar $1,80 untuk setiap dolar ekuitas. Namun, rasio tersebut tidak memberikan gambaran lengkap kepada investor. Penting untuk membandingkan rasio dengan perusahaan serupa lainnya.

Bagaimana Cara Mengetahui D/E Ratio yang Baik?

debt to equity ratio adalah
Sumber: unsplash.com

Dari perhitungan yang sudah dilakukan diatas, DER yang didapat yaitu 1,8. Namun, pertanyaannya adalah apakah angka tersebut baik atau tidak bagi kondisi keuangan perusahaan?

Berikut penjelasan yang dapat membantu mengetahui arti dari dari hasil setiap hitungannya.

1. D/E Ratio 1 atau 100%

Dengan ratio sebesar 1 atau 100%, keadaan keuangan perusahaan berada dalam kategori baik. Karena apabila perusahaan gagal membayar, maka ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut dapat melunasi hutang.

Dengan demikian, investor masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari penjual modal perusahaan. Akan tetapi, investor baru akan mendapatkan haknya setelah pemberi hutang dan pemegang saham preferen.

2. D/E Ratio diatas 1 atau 100%

Dengan hasil ratio lebih dari 1 atau 100%, maka perusahaan termasuk kategori aman dan hasil ratio tersebut dapat menjadi sinyal bagi perusahaan tersebut jika kondisi finansialnya perlu diperbaiki.

Sumber utang yang dimiliki perusahaan dengan ratio 1 atau 100% sangat berpengaruh terhadap aman atau tidaknya kondisi perusahaan.

Jika sumber hutang perusahaan adalah utang usaha itu artinya kondisi keuangan perusahaan tersebut cenderung baik-baik saja.

Namun, jika sumber hutang perusahaan adalah hutang yang asalnya dari bank atau obligasi, dapat dikatakan jika kondisi keuangan perusahaan tersebut perlu adanya perbaikan.

3. D/E Ratio diatas 2 atau 200%

Hasil rasio dengan nilai diatas 2 atau 200% menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan sudah sangat rawan terhadap berbagai jenis resiko dan butuh segera di perbaiki.

Kondisi ini bisa dikatakan aman selama sumber utangnya bukan dari bank atau obligasi. Menurut laporan yang dikeluarkan Business Bank, D/E rasio yang baik bagi perusahaan berada di kisaran 1 hingga 1,5.

Namun, nilai tersebut akan bervariasi karena tergantung kepada jenis industri yang dijalani.  Ini karena beberapa industri memang menggunakan banyak pembiayaan utang daripada industri lain.

Potensi D/E Ratio Untuk Bisnis

debt to equity ratio adalah
Sumber: unsplash.com

Dalam industri padat modal seperti keuangan dan manufaktur, rasio yang dimiliki seringkali lebih dari 2. Tingkat hutang yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan menggunakannya untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.

Bagi investor dan pemberi pinjaman, rasio D/E yang tinggi memiliki arti bahwa sebuah bisnis mungkin beresiko tetapi memiliki potensi untuk menghasilkan potensi untuk menghasilkan keuntungan yang besar dan mampu membayar hutangnya.

Di sisi lain, rasio D/E yang negatif merupakan tanda bahwa perusahaan mengalami kerugian yang melebihi ekuitasnya.

Demikian penjelasan mengenai debt to equity ratio mulai dari pengertian hingga contoh cara menghitungnya.

Semoga informasi dari artikel ini bermanfaat untuk anda. Sebarkan juga agar semakin bertambah manfaatnya.

Simak berbagai artikel informatif lainnya hanya di Everpro!

Picture of Melati Yudizwara
Melati Yudizwara
Seorang SEO Content Writer dengan latar belakang pendidikan di bidang akuntansi dan memiliki pengalaman sebagai Sekretaris Marketing. Mengasah kemampuan menulis, mengedit, dan mengelola konten sesuai standar SEO. Kemampuan tersebut dapat dibuktikan dengan hasil konten berkualitas yang mudah ditemukan di mesin pencari.
Share:
Everpro

Yuk, Dapatkan Promo dan Penawaran Istimewa dari Berbagai Layanan Everpro untuk Tingkatkan Bisnismu! 

Artikel Lainnya